Di Tokyo, ibu kota Jepang, seorang pria naik taksi.
Karena kendala bahasa, ia hanya bisa menyebutkan nama lembaga yang ingin ditujunya.
Sopir taksi mengangguk, memahami maksudnya, lalu dengan hormat membukakan pintu, sebuah bagian dari budaya Jepang yang menjunjung tinggi kesopanan.
Saat perjalanan dimulai, sopir taksi menyalakan argo.
Namun, beberapa saat kemudian, ia mematikannya, lalu menyalakannya kembali.
Penumpang itu bingung, tetapi tetap diam karena kendala bahasa.
Setelah tiba di tujuan, ia meminta tolong kepada salah seorang di lembaga tersebut yang menyambutnya, "Tanyakan kepada sopir taksi mengapa ia mematikan argo, dan menyalakannya lagi waktu di perjalanan."
Jawaban yang Mengejutkan
Ketika orang tersebut bertanya kepada sopir itu, ia menjawab dengan tenang:
"Saya melakukan kesalahan di tengah jalan. Saya melewatkan belokan yang seharusnya saya ambil, dan putaran balik berikutnya cukup jauh."
"Karena kesalahan saya, perjalanan menjadi lebih panjang sekitar dua hingga dua setengah kilometer."
"Selama waktu itu, saya mematikan argo. Saya tidak bisa menagih penumpang untuk jarak yang bertambah karena kesalahan saya."
Di dunia yang sering kali mengutamakan keuntungan, kejujuran seperti ini menjadi pengingat bahwa integritas tetap berharga.
Kejujuran bukan hanya soal berbicara benar, tetapi juga bertindak benar, bahkan ketika tak ada yang melihat.