Rasa empati akan muncul jika kita bisa memposisikan diri sebagai orang di luar diri kita sendiri
Hubungan antar manusia yang paling tinggi levelnya..., yang terus diajarkan dari generasi ke generasi..., diajarkan sejak balita..., dan menjadi kiblat orang Jepang adalah "Empati".
Empati adalah mem-posisi-kan diri menjadi "orang lain"..., yaitu memposisikan diri kita menjadi lawan bicara kita.
Kalau sedang ngomong sama orang tua..., cobalah untuk menjadi orang tua yang sering "kebingungan" itu.
Kalau sedang ngomong dengan anak anda..., maka jelmakan diri Anda menjadi anak yang (mungkin) "bandel".
Kalau sedang ngomong ke customer atau downline..., maka menjelmalah menjadi dia terlebih dulu.
Mau ngomong ke upline..., sahabat..., musuh...; maka jadikanlah diri kita menjadi diri mereka terlebih dulu.
Dan bila kita menjadi dia..., "apa yang ingin kita dengarkan?"
Kenapa di Jepang dompet yang jatuh..., kemungkinan besar akan kembali ke pemiliknya?
Karena yang menemukan..., langsung akan berpikir seolah-olah dia yang kehilangan dompet tersebut.
"Bila uang di dompet ini saya ambil...., jangan-jangan yang punya gak punya uang lagi..., gajian baru bulan berikutnya..., dia pasti akan bingung bayar hutang..., bingung bayar listrik..., bingung beli makan..., nanti dia akan dimarahin istri..., anak dia akan kelaparan atau dia akan mati karena perbuatan saya ini."
Ya..., mereka selalu berpikir tentang Empati.
Makanya Jepang adalah negara yang aman dan cepat maju...., karena sejak kecil sudah diajarkan Empati.
Pejabat yang ketahuan korupsi..., akan bunuh diri karena malu.
Pejabat yang merasa gagal akan mundur..., karena dia menggunakan "kacamata" rakyatnya.
Wanita pulang kerja malam hari terjamin keamanannya..., karena para pria berpikir..., "Gimana kalau itu adik..., anak atau istri saya...?"
Makanya kalau ingin maju..., pakailah ilmu orang Jepang.