Surga itu hak prerogatif Allah. Tidak ada manusia yang bisa menjamin dia masuk surga apalagi menjamin orang lain
Satu waktu seorang Sufi sedang berjalan di tengah pasar dan duduk di pojokan pasar.
Ada seorang anak muda yang berjalan melewati dan menghampiri dan bertanya, "Sufi, apakah ada jalan cepat ke surga?"
"Jangan mudah marah," kata Sufi.
"Apalagi?"
"Jangan berharap dengan janji manusia," kata Sufi.
"Apalagi?"
"Jangan berguru dan berteman dengan mereka yang menjanjikan surga kepadamu. Karena dia sedang mengubah dirinya menjadi Tuhanmu."
"Surga itu hak prerogatif Allah. Tidak ada manusia yang bisa menjamin dia masuk surga apalagi menjamin orang lain."
"Jangan kau ganti Tuhanmu karena apapun. Di dunia ini apapun ada gantinya. Tetapi Tuhan tidak tergantikan."
"Bagaimana cara menjaga agama dari orang kafir? apakah dengan berjihad?" tanya anak muda itu lagi.
"Yang paling kafir itu adalah nafsumu. Perangilah itu sepanjang usiamu. Soal agama itu urusan Tuhanmu."
"Dialah yang akan menjaganya sampai hari kiamat. Jangan kamu berjihad membela agama pada waktu bersamaan kamu kudeta kekuasaan Allah."
"Itu artinya kamu berTuhankan nafsumu. Sirik!" kata Sufi.
Setelah mendapatkan jawaban tersebut, anak muda itupun berlalu dan pulang ke rumah.
Di rumah, kehidupan berkeluarga dengan sang istri sedang tidak dalam keadaan baik-baik.
Dia ingat nasehat dari Sufi untuk jangan mudah marah.
Sekeras apapun sikap istrinya, dia tidak pernah terpancing untuk ikutan emosi dan marah.
Lambat laun perubahan sikapnya membuat istrinya melunak.
Kehidupan rumah tangganya berangsur-angsur membaik, jadi seperti surga.
Benar kata Sufi. Di dunia saja dia sudah merasakan surga.
Agamapun lebih kepada mendekatkan diri kepada Tuhan.
Memperkaya spiritual.
Diapun lupa akan janji surga Tuhan.
Dimanapun aku ditempatkan tak penting.
Cukuplah antara aku dan Tuhan saja.
Perjalanan waktu itu indah asalkan kita tidak mudah marah.
Bersabar dan ikhlas.
Apapun yang terjadi, tetap baik bagi kita.