Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari
Hidup ini tak semanis yang diimpikan, juga tidak sepahit yang dikhawatirkan.
Apa yg diimpikan tdk selalu menjadi kenyataan, demikian pula apa yg dikhawatirkan belum tentu terjadi.
Jalani saja...,
nikmati saja...,
syukuri saja...,
karena hidup memang begini adanya.
Bukan beratnya beban yang menghancurkan Anda, namun cara Anda membawanya.
Ada sebuah perkataan, "membereskan tantangan itu harus satu per satu," dimulai dari apa yang ada di depan mata.
Manusia dikaruniai Tuhan akal pikiran yang jauh lebih canggih daripada makhluk hidup lainnya, sehingga kita mampu memikirkan banyak hal dalam waktu bersamaan.
Namun sayangnya hal ini tidak selalu membawa dampak yang baik karena tidak sedikit orang yang akhirnya "dikeroyok" oleh beban pikirannya sendiri.
Terlebih lagi sejak pandemi melanda, banyak orang yang pikirannya disesaki dengan segudang beban seperti: kesehatan, keuangan, masa depan, dan lainnya.
Tanpa disadari, semua beban pikiran tersebut semakin hari semakin membesar bak bola salju, dan dari sanalah akhirnya lahir..., kekhawatiran.
Memikirkan dan mempersiapkan diri untuk hari esok itu perlu, namun jangan sampai semua hal bertumpuk dan ujungnya hanya membuat kita "burnout."
Selesaikanlah satu per satu.
Rasa khawatir akan hari esok tidak akan meringankan beban hari esok, tapi merampas damai sukacita hari ini.
Selama kita hidup, tantangan akan terus datang silih berganti, namun ada baiknya kita membiasakan diri untuk menyelesaikannya satu per satu, dimulai dari apa yang ada di depan mata terlebih dahulu.
Kesusahan sehari cukup untuk sehari dan pandanglah masa depan dengan penuh harapan.
Kita harus terus percaya bahwa Tuhan senantiasa memelihara umat pilihan-Nya melebihi burung di langit dan bunga bakung di ladang.
"Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."