Saat kita mengutamakan dan menolong orang lain sebenarnya kita sedang membuka pintu kesempatan bagi diri kita sendiri
Si KIKIR Dan Si CERDIK Yang Baik Hati
Di Madinah, tidak terlalu jauh dari Masjid Nabawi, ada sebidang tanah dengan sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
Sumur itu dikenal dengan nama Sumur Ruma (The Well of Ruma) karena dimiliki seorang yang kikir bernama Ruma.
Si Kikir menjual air kepada penduduk Madinah, dan setiap hari orang antri untuk membeli airnya.
Diwaktu-waktu tertentu si kikir menaikkan harga air dengan seenaknya, tetapi penduduk Madinah mau tidak mau tetap membelinya.
Hanya sumur inilah yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
Melihat kenyataan ini, Nabi berkata, "Kalau ada yang bisa membeli sumur ini, balasannya adalah Surga."
Seorang sahabat Nabi yang kaya dan cerdik bernama Usman bin Affan mendekati si Kikir. Usman menawarkan untuk membeli sumurnya.
Tentu saja Ruma si kikir sang pemilik sumur menolaknya, ini adalah bisnisnya dan ia mendapat banyak uang darinya.
Tetapi Usman bukan hanya pebisnis sukses yang kaya raya, tetapi ia juga negosiator ulung yang cerdik.
Ia berkata kepada Ruma, "Aku akan membeli setengah dari sumurmu dengan harga yang pantas, jadi kita bergantian menjual air, hari ini kamu, besok saya."
"Dengan demikian kamu bisa mendapatkan uang yang banyak dari menjual setengah sumur ini, dan tetap mendapatkan uang dengan menjual air setiap dua hari sekali. Itu sdh sangat lebih lebih untuk kehidupanmu."
Melalui negosiasi yang sangat ketat, akhirnya si Kikir mau menjual sumurnya senilai 1 juta Dirham dan memberikan hak pemasaran 50% kepada Usman bin Affan.
Apa yang terjadi setelahnya, membuat si Kikir geram!
Ternyata Usman menggratiskan air tersebut kepada semua penduduk Madinah.
Pendudukpun mengambil air sepuas-puasnya pada giliran harinya Usman, dan esok harinya tidak perlu lagi membeli air dari Ruma si Kikir.
Merasa kalah, si Kikir akhirnya menyerah, ia memohon kepada Usman untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya.
Tentu saja Usman tidak harus membayar seharga yang telah disepakati sebelumnya.
Sampai sekarang di Madinah, sumur tersebut dikenal dengan nama Sumur Usman, atau The Well of Usman.
Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang sangat produktif yang diberi air dari sumur Usman.
Kebun kurma tersebut dikelola oleh badan wakaf pemerintah Saudi sampai hari ini. Kurmanya diekspor ke berbagai negara didunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu dan pendidikan.
Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek proyek lainnya, sebagian lagi dimasukkan kembali kepada sebuah rekening tertua didunia atas nama Usman bin Affan.
Hasil kelolaan kebun kurma dan grupnya yang disaat ini menghasilkan 50 juta Riyal pertahun (setara hampir Rp. 200 milyar pertahun).
Si Kikir tidak akan pernah menang, kenapa? Karena visinya terlalu dangkal, ia hanya hidup untuk masa kini, masa saat ia berada di dunia.
Sedangkan visi dari Usman Bin Affan adalah jauh kedepan. Ia berkorban untuk menolong manusia lain yang membutuhkan dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama Sedekah Berkelanjutan.
Sebuah sedekah yang tidak pernah berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati.
Inilah cara mengumpulkan harta di Surga.
Ulurkan tanganmu untuk membangun sesama yang jatuh dalam perjalanannya dan menuntunnya kembali ke jalan yang benar.
Berkat Tuhan seperti air yang mengalir dan tak pernah berhenti.
Bukan karena Tuhan tidak mampu memberikan berkatNya yang melimpah, tapi seringkali sikap dan cara hidup kita menghambat alirannya.
Saat kita mengutamakan dan menolong orang lain sebenarnya kita sedang membuka pintu kesempatan bagi diri kita sendiri.
Berbagi tidak membuat kamu celaka, jadi..., jangan lupa untuk berbagi dan berbuat kebaikan setiap hari.
Hidup tidak akan bermakna jika tidak bermanfaat bagi oarng lain.
Selamat pagi, Gbu.