Terkadang kita suka lupa ketika berhadapan dengan situasi yang melibatkan materi dan kekuasaan, nafsu berkuasa dan kehilangan empati hampir selalu memenangkan pertempuran saat itu
Suatu sore setelah lelah keliling Pasar, di perjalanan menuju parkiran mobil, seorang pedagang tanaman bunga yang berusia sepuh menawarkan dagangannya.
Pedagang: "Neng, beli Neng dagangan Bapak, bibit bunga mawar 5 pot cuma Rp. 25.000,- per pot."
Tadinya saya cuek, tapi tiba-tiba teringat pekarangan mungil di rumah yang kosong, wah murah nih pikir saya, cuma 25 ribu / pot, tapi ah pasti bisa ditawar.
Saya: "Ah mahal banget Pak Rp. 25.000,- udah Rp. 10.000,- / pot," dengan gaya cuek saya menawar sadis.
Pedagang: "Jangan neng, ini bibit bagus. Bapak jual udah murah, Rp. 15.000,- aja gimana neng, udah sore bapak mau pulang."
Saya ragu sejenak, memang murah sih. Di toko, bibit bunga mawar paling tidak Rp. 45.000,- harga 1 potnya. Tapi bukan saya dong kalau tidak berjuang.
Saya: "Halah udah pak, Rp.10.000,- aja 1 pot, kalau ngak dikasih ya gak apa-apa," saya berlagak hendak pergi.
Pedagang: "Eh neng..., dia ragu sejenak dan menghela nafas: Ya sudah neng ngak apa-apa 10.000, tapi neng ambil semuanya ya, Bapak mau pulang udah sore."
Saya: (bersorak dalam hati. Yeee…menang) "Oke Pak, jadi Rp. 50.000,- ya untuk 5 pot. Bawain sekalian ya pak ke mobil saya, tuh yang diujung parkiran."
Saya pun melenggang pergi menyusul suami yang sudah duluan.
Si bapak pedagang mengikuti dibelakang. Sesampainya diparkiran, si bapak membantu menaruh pot-pot tadi ke dalam mobil, saya membayar Rp. 50.000,- lalu si bapak tadi segera pergi.
Lalu terjadilah percakapan berikut dengan suami,
Saya: "Baguskan yang, aku dapat 5 pot bibit bunga mawar harga murah."
Suami: "Oohh..., berapa kamu bayar?"
Saya: "Rp. 50.000,-"
Suami: "Hah!!! Itu semua 5 pot?" Dia kaget.
Saya: "Iya dong..., hebatkan aku nawarnya? Tadi dia nawarinnya Rp. 25.000,- 1 pot." Saya tersenyum lebar dan bangga.
Suami: "Gila kamu, sadis amat. Pokoknya aku ngak mau tahu. Kamu susul itu si Bapak sekarang, kamu bayar dia Rp.125.000,- tambah upah bawain ke mobil Rp. 25.000,- lagi. Nih..., kamu kejar kamu kasih dia Rp.150.000,-" sambil menyodorkan uangnya.
Suami membentak keras, Saya kaget dan bingung.
Saya: "Tapi..., kenapa?"
Suami makin kencang ngomongnya: "Cepetan susul sana, tunggu apa lagi?"
Tidak ingin dibentak lagi, saya langsung turun dari mobil dan berlari mengejar si bapak tua. Saya lihat dia hendak naik angkot di pinggir jalan.
Saya: "Pak, tunggu Pak."
Pedagang: "Eh Neng, kenapa?"
Saya: Pak, ini uang Rp.150.000,- dari suami saya, katanya buat Bapak, bapak terima ya, Saya gak mau membuat suami saya marah."
Pedagang: "Lho, neng kan tadi udah bayar Rp.50.000,- bener kok uangnya." si bapak keheranan.
Saya: "Udah bapak terima aja. Ini dari suami saya. Katanya harga bunga bapak pantesnya dihargain segini," sambil saya serahkan uang Rp.150.000,- ke tangannya.
Bapak tua itu tiba-tiba menangis dan berkata: "Ya Allah Neng..., makasih banyak neng, ini jawaban doa bapak sedari pagi, seharian dagangan bapak gak ada yang beli, yang nolehpun gak ada. Anak istri bapak lagi sakit di rumah ngak ada uang buat berobat."
"Pas neng nawar bapak pikir gak apa-apa harga segitu..., asal ada uang buat beli beras aja buat makan. Ini bapak mau buru-buru pulang kasian mereka nunggu."
"Makasih ya neng..., suami neng orang baik. Neng juga baik jadi istri nurut sama suami, bapak pamit neng mau pulang." dan si bapak pun berlalu.
Saya gak bisa bicara dan kembali ke mobil. Sepanjang perjalanan saya diam dan menangis, benar kata suami, tidak pantas menghargai jerih payah orang dengan harga semurah mungkin hanya karena kita pelit.
Berapa banyak usaha si bapak sampai bibit itu siap dijual, tidak terpikirkan oleh saya.
Sejak itu, saya berubah dan tak pernah lagi menawar sadis kepada pedagang kecil manapun.
Percaya saja bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah.
Cerita ini, pengingat untuk kita yang kadang tidak adil memperlakukan orang lain dengan semena-mena karena kita merasa di atas angin.
Semoga tidak terjadi pada kita..., jika itu terjadi, dapat menjadi bahan pertimbangan.
Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi buat kita semua.
JANGAN LELAH UNTUK BERBUAT KEBAIKAN
Gerakan hati kita untuk berbuat kebaikan, maka Allah akan menggerakan rezekiNya berdatangan menghampiri kita.