Orang yang paling menderita adalah orang yang tidak dapat menguasai emosi
Orang yang paling menderita bukanlah orang yang miskin, karena, semiskin-miskinnya orang, pasti ada yang memberi, tapi orang yang paling menderita adalah orang yang tidak dapat menguasai emosi.
Lidahnya panas membara, menjilat, menyambar, dan membakar tanpa dapat dikendalikan di mana pun, pada siapa pun dan di situasi apa pun.
Betapa orang seperti ini sangat menderita karena dia bermasalah dengan dirinya sendiri.
Jika bermasalah dengan orang lain, mungkin masih ada orang yang menjadi orang tengah, tapi jika bermasalah dengan dirinya sendiri, siapakah yang akan menolong? kalau bukan dirinya sendiri?
Susah untuk disadarkan orang lain.
Sifat orang emosional adalah menyimpan bara api. orang seperti ini biasanya justru orang yang lemah, yang tidak dapat menguasai masalahnya, lalu menggunakan senjata kekerasan, agar dirinya nampak kuat.
Orang yang sabar dan tenang akan sangat mudah mengontrol diri, karena ada kekuatan daya pikir yang sehat. dia juga tidak mudah bertindak bodoh, karena dia dikendalikan akal sehat.
Emosi tidak pernah ada manfaatnya, selain melukai, walaupun setelah itu bisa memohon maaf.
Tapi seperti kertas yang telah disobek dan kemudian ditambal lagi, memang tampaknya utuh, tapi bekas sobekan itu pasti tetap ada.
Apalagi emosi pada anak, suami, isteri atau orang yang kita cintai, perlu perjalanan panjang untuk menghapuskan luka itu.
Karena akar kepahitan itu akan membekas seumur hidup, bahkan traumanya biasanya ditiru oleh anak-anaknya.
Adalah patut untuk berpikir dahulu sebelum ber emosi, bukan sadar ketika sudah terjadi dan telah merugikan.
Jadikan diri kita seperti air yang menyejukkan, bukan api yang nyalanya dapat membakar kesana kemari.
Pegang teguhlah kasih sebagai penangkal emosi kita.